PLAT BEKASI, CIKARANG TIMUR-Pemkab Bekasi melalui Dinas Ketahan Pangan sosialisasikan kegiatan Gerakan Pangan Non Beras dan Terigu, yang di gelar di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cikarang Timur, Rabu (2/3/2022).

PLT Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bekasi Kuswaya mengatakan, acara ini untuk mensosialisasikan kegiatan gerakan pangan non beras dan terigu, beragam gizi seimbang, kepada masyarakat khususnya anak sekolah dasar berserta guru dan kepala sekolah.

“Sosialisasi ini sangat penting, bahwa pangan itu bukan hanya beras dan terigu bahan bakunya, tapi ada bahan lain seperti tepung talas, singkong dan jagung yang memang sampai sekarang ini kami perhatikan dan kaji juga di pasarpun sudah jarang, jadi masih banyak beras dan terigu di banding non beras dan terigu di pasar semakin berkurang,” kata dia, saat diwawancarai di lokasi kegiatan.

Kuswaya menabahkan bahwa sosialisasi ini untuk mengenalkan kepada masyarakat Desa Hegarmanah bahwa pentingnya menanam bahan pangan non beras dan terigu karena masih jarang ditemukan.

“Kita lagi menggalakan kepada masyarakat Desa Hergarmanah dimana daerah ini termasuk katagori stanting, karena itu kepala desa dan jajarannya serta masyarakat untuk menanam pangan yang bukan beras dan terigu karena kalau beras sudah banyak di sini tapi kalau non masih sedikit,” jelas dia.

Dirinya berharap nanti ada pola konsumsi berubah dan seimbang, karena melihat sekarang ini hampir 90 persen terigu dan beras dominan.”Harapkan kami bisa seimbang non beras dan terigu, biar masyarakat dari dini itu sudah memahami bahwa pola makan, masukan gizi seimbang itu tidak hanya dari beras dan terigu tapi non juga bisa,” terangnya.

“Kami sengaja mengundang narasumber UMKM yang memang spesialis untuk masalah non beras dan terigu, sehingga harapnnya UMKM ini salah satunya mencetus yang lainnya sehingga di Kabupaten Bekasi ini bahan baku non beras dan terigu bisa lebih banyak lagi dan di kenal oleh masyarakat. Karena selama ini bahan kue lebih banyak dari terigu, sehingga nanti ada dari bahan talas, singkong dan jagung,” sambungnya.

Kuswaya akui, butuh waktu karena merubah perilaku tidak sebentar butuh waktu dan agar tiap tahun bisa melakukan sosialisasi ini, dengan mengunjungi desa-desa yang lokasinya stanting dan rawan pangan.

“Sengaja kami sosialisasikan ke konsumennya salah satu anak SD karena masih muda, sehingga nanti di usia dewasanya dan tua nya nanti sudah terbiasa, mulai dari sekarang kami coba lakukan sosialisasi sehingga mereka mengenali di usia dini bahwa bahan makanan bukan dari beras dan terigu saja,” tandasnya. (PLAT-B)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *