PlatBekasi.com – Penggemar warung tegal (Warteg) sedikit kecewa karena lauk favorit mereka menghilang, “Jarene bakul tempe lagi protes,” ujar Sumiyati, pelayan Warteg di Kampung Siluman, Desa Mangunjaya, Sabtu (02/01/21).
Wanita ini mengatakan kalau saat ini pedagang tempe lagi protes, namun tidak tahu apa yang diinginkan mereka. Karenanya lauk yang dipajang pun minus tempe dan tahu. Biasanya ada tempe-tahu goreng, tempe-tahu ditepungin, sayur tempe-tahu lodeh, tempe orek, tempe bacem dan tempe kering.
Hal serupa juga terlihat di sejumlah etalase Warteg yang menjadi langganan tukang ojek pangkalan dan Ojol di Taman Puri Cendana, Tridayasakti. Lauk hanya mie, ikan, ayam dan kerang serta ati ampela.
“Udah dua hari tukang tempe nggak ngirim,” kata Tarjo, pemilik Warteg.
Sementara itu perajin tempe tahu di Bekasi, mengaku dirinya diminta untuk menghentikan produksi sebagai tanda protes atas naiknya bahan baku tempe dan tahu.
“Ada WA dari grup kalau kami harus kompak dan protes karena harga kedelai naik,” kata Supriyanto, perajin tempe di Kampung Kalibaru, Desa Tridayasakti, Tambun Selatan.
Karena harga bahan baku pokok tempe dan tahu naik, pihaknya tidak mungkin menaikan harga jual.
“Kalau pun nantinya tidak naik, tetapi ukurannya saja diperkecil sedikit,” lanjut Supriyanto.
Hal serupa juga terjadi terhadap beberapa pengusaha tempe tahu. Seperti di Jalan Mawar VI, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Kosim, 55, mengaku sampai tanggal 3 Januari 2021 tidak memproduksi tempe dan tahu dulu.
“Kita pengen lihat bagaimana reaksi pemerintah,” katanya.
Sebelumnya harga kacang kedelai Rp 720 ribu/kwintal, rencananya naik menjadi Rp 920 ribi/kwintal. Naiknya Rp 2.000 perkilonya. (PB)